Muslim Di cina Puji Pengelolaan Zakat di Indonesia
Muslim Di cina Puji Pengelolaan Zakat di Indonesia. Komisi Etnis dan Agama RRC dan Asosiasi Islam Cina mengapresiasi
manajemen pengelolaan zakat di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Wakil
Presiden China Islamic Association, Wang Wenjie menilai Baznas mampu
menggiring isu positif-konstruktif tentang zakat ke pentas dunia.
“Pengelolaan zakat di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Saya jadi memahami, dengan kreativitas dan inovasi program pendistribusian dan pendayagunaan menjadi pemacu dan pemicu kegiatan penghimpunan zakat dari umat, pengusaha dan rencana pemotongan gaji pegawai negeri,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima
Turut hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Wakil Presiden The Guangdong Islamic Association, Chen Yanhua; Deputi Sekjen The Guangdong Islamic Association, Tuxunguli; Deputi Sekjen The Guangdong Islamic Association, Wang Yuxia; serta pejabat The Guangdong Provincial Ethnic and Religious Commision, Zhang Quanhui dan Zhang Chaofa. Perwakilan Baznas antara lain Wakil Ketua Baznas, Zainulbahar Noor, anggota Baznas Irsyadul Halim dan KH Masdar F Masudi, direksi, manajemen, amil dan amilat Baznas serta pejabat Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama.
Wang Wenjie pun menyambut baik keinginan Baznas untuk menjalin kerja sama bidang pendidikan dan pengembangan kapasitas dai dalam penguasaan budaya dan bahasa Mandarin. Secara khusus, delegasi China Islamic Association memuji digitalisasi pelayanan zakat yang diterapkan Baznas, termasuk kerja sama dengan lembaga internasional seperti UNDP yang merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
“Zakat listrik untuk mustahik bekerja sama dengan non-Muslim seperti lembaga PBB ini sangat menarik. Mungkin ini hanya ada di Indonesia dan merupakan yang pertama di dunia,” kata Wang.
Baznas menjajaki kerja sama dengan Komisi Etnis dan Agama dan Asosiasi Islam Cina. Baznas sekaligus bekerja sama dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Mandarin para dai dan pelajar mustahik.
“Kita mengupayakan menjalin kerja sama pendalaman Bahasa Mandarin untuk para dai dan para mustahik mahasiswa dan pelajar,” ujar Zainul.
Zainul berharap Baznas terus menjalin komunikasi dengan China Islamic Association dan menyiapkan kunjungan balasan untuk merealisasikan kerja sama di bidang pendidikan, dakwah dan pendalaman budaya Cina dan bahasa Mandarin. “Untuk tahap awal kita kirim sepuluh pelajar dan 10 dai untuk belajar budaya dan bahasa Mandarin sehingga kelak mereka bisa mahir berdakwah dengan menggunakan bahasa Mandarin,” ucapnya.
“Pengelolaan zakat di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Saya jadi memahami, dengan kreativitas dan inovasi program pendistribusian dan pendayagunaan menjadi pemacu dan pemicu kegiatan penghimpunan zakat dari umat, pengusaha dan rencana pemotongan gaji pegawai negeri,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima
Turut hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Wakil Presiden The Guangdong Islamic Association, Chen Yanhua; Deputi Sekjen The Guangdong Islamic Association, Tuxunguli; Deputi Sekjen The Guangdong Islamic Association, Wang Yuxia; serta pejabat The Guangdong Provincial Ethnic and Religious Commision, Zhang Quanhui dan Zhang Chaofa. Perwakilan Baznas antara lain Wakil Ketua Baznas, Zainulbahar Noor, anggota Baznas Irsyadul Halim dan KH Masdar F Masudi, direksi, manajemen, amil dan amilat Baznas serta pejabat Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama.
Wang Wenjie pun menyambut baik keinginan Baznas untuk menjalin kerja sama bidang pendidikan dan pengembangan kapasitas dai dalam penguasaan budaya dan bahasa Mandarin. Secara khusus, delegasi China Islamic Association memuji digitalisasi pelayanan zakat yang diterapkan Baznas, termasuk kerja sama dengan lembaga internasional seperti UNDP yang merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
“Zakat listrik untuk mustahik bekerja sama dengan non-Muslim seperti lembaga PBB ini sangat menarik. Mungkin ini hanya ada di Indonesia dan merupakan yang pertama di dunia,” kata Wang.
Baznas menjajaki kerja sama dengan Komisi Etnis dan Agama dan Asosiasi Islam Cina. Baznas sekaligus bekerja sama dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Mandarin para dai dan pelajar mustahik.
“Kita mengupayakan menjalin kerja sama pendalaman Bahasa Mandarin untuk para dai dan para mustahik mahasiswa dan pelajar,” ujar Zainul.
Zainul berharap Baznas terus menjalin komunikasi dengan China Islamic Association dan menyiapkan kunjungan balasan untuk merealisasikan kerja sama di bidang pendidikan, dakwah dan pendalaman budaya Cina dan bahasa Mandarin. “Untuk tahap awal kita kirim sepuluh pelajar dan 10 dai untuk belajar budaya dan bahasa Mandarin sehingga kelak mereka bisa mahir berdakwah dengan menggunakan bahasa Mandarin,” ucapnya.
Comments
Post a Comment